I.
JUDUL
PERCOBAAN : PROSES PENANAMAN MEDIA DAN
STERILISASI
II. TUJUAN PERCOBAAN
2.1. Sterilisasi : Membunuh mikroorganisme atau mensterilkan alat-alat ( kaca objek, tabung reaksi, dan gelas ukur)
yang akan digunakan dalam percobaan mikrobiologi. Selain itu, agar mengetahui cara pensterilan secara fisika, terutama
pemanasan basah.
2.2. Penanaman Media : Untuk mengetahui cara pembuatan
media yang sesuai dengan pertumbuhan mikroba, dan untuk mengetahui cara
penggoresan pada metode cawan gores serta untuk mengamati mikroba yang tumbuh
pada media tersebut.
III. TEORI DAN APLIKASI
3.1 Sterilisasi
Sterilisasi yaitu proses
membunuh semua mikroorganise termasuk spora bakteri pada benda yang telah
didekontaminasi dengan tepat. Tujuan sterilisasi yaitu untuk memusnahkan semua
bentuk kehidupan mikroorganisme patogen termasuk spora, yang mungkin telah ada
pada peralatan kedokteran dan perawatan yang dipakai. Hal yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih metode sterilisasi yaitu sifat bahan yang akan
disterilkan (Chamida, 2010).
Proses
sterilisasi adalah salah satu proses yang penting di laboratorium mikrobiologi.
Pada laboratorium mikrobiologi, proses ini dilakukan di dua tahap, yaitu
sebelum analisa dan sesudah analisa. Sebelum analisa, proses sterilisasi dilakukan
untuk menjamin bahwa alat alat laboratorium dan media mikrobiologi yang akan
digunakan sudah steril dan tidak mengandung mikroorganisme lagi. Sedangkan
setelah analisa, proses sterilisasi digunakan untuk menjamin bahwa
mikroorganisme yang tumbuh sudah mati dan memastikan mereka tidak menjadi
sumber kontaminasi bagi analis dan lingkungannya (Copernicus, 2013).
Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara (nutrien)
yang berguna untuk membiakkan mikroba. Dengan menggunakan bermacam-macam media
dapat dilakukan isolasi, perbanyakan, pengujian sifat fisiologis dan
perhitungan sejumlah mikroba. Supaya mikroba dapat tumbuh baik dalam suatu
media, maka medium tersebut harus memenuhi syarat-syarat, antara lain:
1.
Harus
mengandung semua zat hara yang mudah digunakan oleh mikroba,
2.
Harus mempunyai
tekanan osmosis,
3.
Tegangan
permukaan dan pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba yang akan tumbuh,
4.
Tidak
mengandung zat-zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba,
5.
Harus berada
dalam keadaan steril sebelum digunakan, agar mikroba yang ditumbuhkan dapat
tumbuh dengan baik (Manangsang, 2012).
3.2
Metode
Sterilisasi
1. Sterilisasi dengan pemanasan kering
a. Pemijaran / flambir
Cara
ini dipakai langsung, sederhana, cepat dan dapat menjamin sterilisasinya, namun
penggunaannya terbatas pada beberapa alat saja, misalnya: benda-benda dari
logam (instrument), benda-benda dari
kaca, benda-benda dari porselen.
Caranya
yaitu:
1. Siapkan
bahan yang disterilkan, baskom besar yang bersih, brand spritus, korek api.
2. Kemudian
brand spritus dituangkan secukupnya ke dalam baskom tersebut. Selanjutnya dinyalakan dengan api.
3. Alat-alat
instrumen dimasukkan ke dalam nyala api.
b. Dengan
cara udara panas kering
Cara ini pada dasarnya adalah merupakan suatu proses oksidasi, cara ini
memerlukan suhu yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan sterilisasi
pemanasan basah. Adapun alat yang dapat dilakukan dengan cara ini yaitu
benda-benda dari logam, zat-zat seperti bubuk, talk, vaselin, dan kaca.
Caranya
yaitu:
1. Alat
bahan harus dicuci, sikat dan desinfeksi terlebih dahulu
2. Dikeringkan bahan dengan lap dan diset menurut kegunaanya
3. Berilah indikator pada setiap set
2. Dikeringkan bahan dengan lap dan diset menurut kegunaanya
3. Berilah indikator pada setiap set
2. Sterilisasi
dengan pemanasan basah
Ada beberapa cara sterilisasi ini,
yaitu:
a)
Dimasak dalam air biasa
Suhu
tertinggi 100 ºC, tapi pada suhu ini bentuk vegetatif dapat dibinasakan tetapi
bentuk yang spora masih bertahan. Oleh karna itu agar efektif membunuh spora
maka dapat ditambahkan natrium nitrat 1% dan phenol 5%.
Caranya yaitu:
1. Alat atau bahan instrumen dicuci bersih
dari sisa-sisa darah, nanah atau kotoran lain.
2. Kemudian segera dimasukkan langsung ke
dalam air mendidih.
3. Tambahkan nitrit 1% dan phenol 5%, agar bentuk sporanya mati
4. Waktu pensterilan 30-60 menit (menurut pharmacope–Rusia).
5. Seluruh permukaan harus terendam.
3. Tambahkan nitrit 1% dan phenol 5%, agar bentuk sporanya mati
4. Waktu pensterilan 30-60 menit (menurut pharmacope–Rusia).
5. Seluruh permukaan harus terendam.
b) Dengan uap air
Cara ini cukup
efektif dan sangat sederhana. Dapat dipakai dengan dandang/panci dengan
penangas air yang bagiannya diberi lubang/sorongan, agar uap air dapat mengalir
bagian alat yang akan disterilkan.waktu sterilisasi 30 menit.
Caranya yaitu:
1. Alat-alat
yang akan disterilkan dicuci, dibersihkan, disikat serta didesinfeksi.
2. Kemudian dibungkus dengan kertas perkamen dan
dimasukkan dalam dandang
c) Sterilisasi
dengan uap air bertekanan tinggi
Jenis sterilisasi dengan cara ini merupakan cara yang paling
umum digunakan dalam setiap rumah sakit dengan menggunakan alat yang disebut autoclave.
Caranya yaitu:
1. Alat-alat atau bahan-bahan yang akan disterilkan
dicuci, disikat, dan didesinfeksi.
2. Kemudian diset menurut penggunaannya dan
diberi indikator.
3. Kemudian dibungkus kain / kertas.
3. Kemudian dibungkus kain / kertas.
4. Masukkan
alat/bahan yang telah dibungkus ke dalam autoclave.
3. Sterilisasi dengan
penambahan zat-zat kimia
Cara ini tidak begitu efektif
bila dibandingkan dengan cara pemanasan kering. Cara ini dipergunakan pada
bahan-bahan yang tidak tahan pemanasan atau cara lain tidak bisa dilaksanakan
karena keadaan. Contoh zat kimia : Formaldehyda,
hibitane, Cidex.
4. Sterilisasi dengan radiasi
ultraviolet
Karena disemua tempat itu
terdapat kuman, maka dilakukan sterilisasi udara dan biasanya dilakukan di
tempat-tempat khusus. Misalnya: di
kamar operasi, kamar isolasi, dsb. dan udaranya harus steril. Hal ini dapat
dilakukan dengan sterilisasi udara (air
sterilization) yang memakai radiasi ultraviolet.
5. Sterilisasi dengan filtrasi
Cara ini digunakan untuk
udara atau bahan-bahan berbentuk cairan. Filtrasi udara disebut HEPA (Hight Efficiency Paticulate Air).
Tujuannya adalah untuk filtrasi cairan secara luas hanya digunakan dalam
produksi obat-obatan atau pada sistem irigasi dalam ruang operasi, maupun dalam
perawatan medik lainnya yang membutuhkan adanya cairan steril. Jenis filternya
yang penting ialah pori-porinya harus lebih kecil dari jenis kuman. Pori-pori
filter ukurannya minimal 0,22 micron (Chamidah, 2010).
3.3 Pembuatan Media
Media adalah suatu substansi yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan bakteri. Untuk menaikkan tekanan osmose dan menjaga keseimbangan fisikokhemis sel-sel bakteri yang
tumbuh, kedalam media harus ditambahkan NaCl.
Media dapat berbentuk padat, cair dan semi padat (semi solid). Didalam laboratoium mikobiologi, kultur media sangat
penting untuk isolasi, pengujian sifat-sifat phisis dan biokhemis
bakteria serta untuk diagnosa suatu penyakit. Zat makanan yang dibutuhkan
bakteri pada umumnya sangat bervariasi, dapat berbentuk senyawa-senyawa organik
sederhana atau senyawa-senyawa organik komplek (majemuk) (Hidayat, dkk.,
1999).
3.4 Aplikasi Sterilisasi dalam Industri
Pangan
Proses Pengalengan Buah
Produk pangan yang telah mengalami
sterilisasi seharusnya dikemas dengan kemasan yang kedap udara untuk mencegah
terjadinya rekontaminasi. Kondisi pengemasan kedap udara ini menyebabkan
terbatasnya jumlah udara (oksigen) yang rendah, sehingga mikroorganisme yang
bersifat obligat aerob tidak akan mampu tumbuh pada produk pangan tersebut.
Umumnya, proses pengemasan bagi bahan pangan
yang telah diproses dengan sterilisasi komersial akan menyebabkan kondisi
anaerobik. Kondisi ini memberikan beberapa keuntungan, antara lain spora
bakteri pembusuk umumnya tidak tahan panas sehingga lebih mudah dimusnahkan
pada proses pemanasan; dan dapat mengurangi reaksi oksidasi yang mungkin
terjadi baik selama pemanasan maupun selama penyimpanan setelah diproses. Untuk
mem- pertahankan kondisi anaerobik ini, bahan pangan perlu dikemas dalam
kemasan kedap udara (hermetis) seperti kaleng, gelas, kantong plastik atau
aluminium foil.
Berdasarkan
prosesnya, sterilisasi dapat dilakukan dengan dua metode,
yaitu:
1. Proses pengalengan
konvensional, dimana produk dimasukkan dalam kaleng, lalu ditutup secara hermetis, dan setelah itu
produk dalam kaleng dipanaskan/disterilisasikan dengan menggunakan retort,
Setelah kecukupan panas yang diperlukan tercapai, produk dalam kaleng tersebut didinginkan.
2. Proses
aseptis, yaitu suatu proses dimana produk dan kemasan disterilisasi secara
terpisah, kemudian produk steril tersebut diisikan ke dalam wadah steril pada
suatu ruangan yang steril.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka produk
pangan steril komersial dapat didefinisikan sebagai produk pangan berasam
rendah
(low acid foods) yang telah mengalami proses pemanasan, sehingga
bisa dipastikan bahwa produk tersebut telah bebas dari mikroba yang dapat
berkembang biak dalam makanan pada kondisi penyimpanan atau distribusi yang
normal tanpa bantuan pendingin. Isti- lah pangan steril komersial selama ini
sering pula dikenal sebagai makanan dalam kaleng.
Contoh yang paling populer adalah proses
pengalengan, dimana produk dalam kaleng akan disterilisasi dengan menggunakan
ketel uap
(retort).
Flowchart berikut akan memperlihatkan
contoh proses pengalengan buah dengan menerapkan proses sterilisasi komersial
(Kusnandar, 2011).
|
Mulai
|
|
Sortasi
|
|
Pencucian
|
|
Pengupasan
|
|
Perajangan
atau pemotongan
|
|
Blansir
|
|
Pengisian
dalam kaleng
|
|
Penambahan
larutan atau sirup
|
|
Selesai
|
|
Exhausting
|
|
Penutupan
kaleng
|
|
Sterilisasi
|
|
Pendinginan
|
|
Pengeringan
dan pelabelan
|
|
Penyimpanan
atau distribusi
|
|
Gambar 3.2 Flowchart Proses
Pengalengan Buah
(Kusnandar, 2011)
|
IV.
BAHAN DAN ALAT
4.1
Bahan Percobaan
4.1.1 Sterilisasi
Adapun bahan yang digunakan adalah :
1. Tabung reaksi
Fungsi : Untuk tempat terjadinya reaksi.
2. Kaca objek
Fungsi : Untuk meletakkan objek yang akan
di amati.
3. Gelas ukur
Fungsi : Untuk mengukur berapa volume aquadest yang diperlukan
4.1.2 Penanaman Media
Adapun bahan yang digunakan adalah :
1. Agar
Fungsi : pengental campuran.
2. Glukosa
Fungsi : sumber nutrisi bagi bakteri.
3. Aquadest (H2O)
Fungsi : campuran nutrisi.
4. Air rendaman daging
Fungsi : sumber nutrisi bagi mikroba.
5. Air rendaman wortel
Fungsi : sumber nutrisi bagi mikroba.
6. Air bundaran SIB
Fungsi : sumber mikroba.
7. Air sungai Babura
Fungsi : sumber mikroba.
4.2 Peralatan Percobaan
4.2.1 Sterilisasi
Adapun peralatan yang digunakan adalah :
1.
Kompor
Fungsi : memanaskan bahan dan dandang.
2.
Dandang
Fungsi : wadah tempat pensterilan.
3.
Tisu gulung
Fungsi: bahan pembungkus alat yang akan
disterilkan.
4.
Penjepit tabung
Fungsi: untuk mengambil alat-alat yang telah
disterilkan dan
media saat pengadukan.
5.
Steril kabinet
Fungsi : penyimpanan alat yang telah disterilkan.
4.2.2 Penanaman
Media
Adapun peralatan
yang digunakan adalah :
1.
Mikroskop
Fungsi : Untuk mengamati mikroba.
2. Kaca
benda
Fungsi : Untuk meletakkan media yang akan
di amati.
3.
Kawat inokulasi
Fungsi : Untuk menggoreskan media pada kaca
benda.
4.
Cawan petri
Fungsi : Sebagai tempat penanaman media.
6.
Kompor
Fungsi : Untuk membantu pemanasan dalam membuat media.
7.
Panci
Fungsi : Sebagai wadah untuk membuat media.
8.
Tabung reaksi
Fungsi : Untuk tempat penanaman media.
V. PROSEDUR PERCOBAAN
5.1
Sterilisasi
1.
Kompor dihidupkan dan dandang yang berisi air
diletakkan di atasnya.
2.
Alat-alat yang akan disterilkan
(tabung reaksi, gelas ukur dan kaca objek) dicuci hingga bersih dan dikeringkan,
lalu dibungkus dengan tisu.
3.
Kemudian alat-alat tersebut dimasukkan kedalam dandang
dan dipanaskan hingga 100oC
lalu dibiarkan selama 15 menit setelah mendidih.
4.
Lalu kompor
dimatikan dan alat-alat tersebut dimasukkan kedalam steril kabinet.
5.2 Penanaman Media
5.2.1 Prosedur Pembuatan Media Adukan
1. Ditimbang 3 gram
glukosa.
2. Air rendaman daging, air rendaman wortel, aquadest, dan glukosa dicampur dan
dimasak sambil diaduk.
3. Setelah mendidih
agar bubuk ditambahkan ke dalam campuran dan dimasak hingga tersuspensi ke
dalam larutan.
4. Campuran
dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
5. Kemudian
diteteskan sumber mikroba yaitu masing – masing untuk air sungai Babura dan air Bundaran SIB
dimasukkan kedalam media selagi panas dan diaduk dengan menggunakan penjepit
tabung .
6. Media yang telah
diinokulasi, diaduk dan dibiarkan mendingin.
7. Media ditutup
dan diinkubasi selama 2x24 jam
8. Media diamati
dengan menggunakan mikroskop dan digambar bentuk koloninya.
5.2.2
Prosedur Pembuatan Media Miring
1.
Ditimbang 3 gram glukosa.
2.
Air rendaman daging, air rendaman wortel, aquadest, dan glukosa dicampur dan dimasak sambil diaduk.
3. Setelah mendidih
agar bubuk ditambahkan ke dalam campuran dan dimasak hingga tersuspensi ke
dalam larutan.
4. Campuran
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dalam keadaan miring.
5. Agar yang telah
terdispersi dibiarkan mendingin.
6. Kemudian
diteteskan sumber mikroba dengan pipet tetes yaitu masing-masing untuk air sungai Babura dan air Bundaran SIB.
7. Media ditutup
dan diinkubasi 2x24 jam.
8. Media diamati
dengan menggunakan mikroskop dan digambar bentuk koloninya.
5.3. Flowchart Percobaan
|
Mulai
|
|
Kompor
dihidupkan dan dandang diletakkan di atasnya
|
|
Alat-alat
yang akan disterilkan dicuci
|
|
Alat-alat
dibungkus dengan tisu
|
|
Alat-alat
dipanaskan dalam dandang sampai 100 oC selama 15 menit
|
|
Kompor
dimatikan
|
|
Alat-alat
dimasukkan ke dalam steril kabinet
|
|
Selesai
|
|
Gambar 5.1 Flowchart Sterilisasi
|
5.3.2 Flowchart Proses Penanaman Media
5.3.2.1 Flowchart
Pembuatan Media Adukan
|
Gambar
5.2
Flowchart Pembuatan Media Adukan
|
|
Mulai
|
|
Ditimbang
3 gram glukosa
|
|
Air rendaman daging, air rendaman wortel, aquadest, dan glukosa dicampur dan
dimasak
|
|
Setelah
mendidih, agar ditambahkan
|
|
Campuran
di masukkan ke tabung
reaksi
|
|
Sumber mikroba dimasukkan ke dalam media dalam
keadaan panas
|
|
Diaduk dengan menggunakan penjepit tabung
|
|
Media ditutup dan diinokulasi
|
|
Media
diamati mengunakan mikroskop dan digambar
|
|
Selesai
|
5.3.2.2 Flowchart Pembuatan Media Miring
|
Mulai
|
|
Ditimbang
3 gram glukosa
|
|
Air rendaman daging, air
rendaman wortel,
aquadest, dan glukosa dicampur
dan dimasak
|
|
Setelah
mendidih, agar ditambahkan
|
|
Campuran
di masukkan ke tabung reaksi dalam keadaan miring
|
|
Agar
yang telah terdispersi dibiarkan mendingin
|
|
Sumber mikroba dimasukan ke dalam tabung reaksi
|
|
Media ditutup dan diinkubasi
|
|
Media
diamati mengunakan mikroskop dan digambar
|
|
Selesai
|
|
Gambar
5.4
Flowchart Pembuatan Media Miring
|
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Hasil Percobaan
Tabel
6.1 Hasil Percobaan
|
No.
|
Nama
Alat
|
Gambar
|
Jumlah
|
Keterangan
|
|
1.
|
Tabung reaksi
|
|
6
|
Steril
|
|
2.
2.
|
Kaca objek
|
|
6
|
Steril
|
|
3.
|
Gelas ukur
|
|
1
|
Steril
|
Tabel 6.2 Gambar Berbagai Media
|
Sumber Mikroba
|
Media
|
Gambar Media
|
|
|
Air Sungai Babura
|
Adukan
|
|
|
|
Miring
|
|
||
|
Air Bundaran SIB
|
|
|
|
|
Miring
|
|
Tabel
6.3 Hasil Pengamatan Penanaman Media
|
Sumber Mikroba
|
Media
|
Gambar Mikroba
|
Nama Mikroba
|
|
Air Sungai Babura
|
Adukan
|
|
Escherichia Coli
|
|
Miring
|
|
Eschericia Coli
|
|
|
Air
Bundaran SIB
|
Adukan
|
|
Rhodosprillum rubrum
|
|
Miring
|
|
Rhodosprillum rubrum
|
6.2
Pembahasan
6.2.1. Sterilisasi
Sterilisasi
merupakan proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari semua
bentuk kehidupan. Dalam percobaan ini alat-alat yang disterilkan yaitu tabung
reaksi, kaca objek, cawan petri dan beaker
glass .
Terlebih dahulu alat-alat tersebut dipanaskan
atau dikukus dengan uap jenuh atau uap panas dengan suhu 100oC di dalam dandang. Proses yang
dilakukan dalam percobaan ini adalah sterilisasi pemansan basah. Uap air pada
suhu 100oC
akan membunuh mikroorganisme pada alat atau bahan yang akan digunakan.
Teknik
sterilisasi pendidihan dengan air akan dapat membunuh mikoorganisme dengan cara
mengkoagulasikan dan mendenaturasi protein sel mikoba. Proses koagulasi dan
denaturasi protein memerlukan energi yang lebih sedikit daripada proses
oksidasi. Oleh karena itu, teknik ini
memerlukan suhu yang lebih rendah. Sebelum direbus alat-alat harus besih dari segala kotoran
sepeti feses dan darah. Alat-alat yang akan disteril harus diendam dalam air.
Hampi semua bentuk vegetatif sel bakteri akan hancur dalam waktu beberapa detik
setelah perebusan. Tetapi hal ini tidak berlaku untuk spora jamur, kista
protozoa, dan beberapa virus seperti virus hepatitis.
Sebenarnya, mikroorganisme biasanya mati dalam beberapa
menit pada suhu 80 oC. Namun, endospora bakteri memperlihatkan
ketahanan yang luar biasa tehadap panas, dan mungkin masih dapat bertahan pada
suhu air mendidih sampai 20 jam. Endospora yang sangat resisten biasanya
diisolasi dari makanan tempat spora belindung. Spora jamur lebih mudah
dibinasakan daripada endospora bakteri. Oleh karena itu, kita tidak dapat
mempercayai air mendidih untuk mensterilkan secara penuh. Efek mematikan air
mendidih dapat ditingkatkan dengan penambahan 2 % natrium karbonat atau deterjen.
Spora yang tahan terhadap air mendidih selama 10 jam, ternyata dapat dimatikan
pada suhu 98 oC dalam waktu 10-30 menit (Waluyo, 2010).
6.2.2.
Air Sungai Babura
Dari
hasil pengamatan, yaitu terhadap mikroba akuatik yang terdapat pada air Sungai Babura, setelah diamati di
bawah mikroskop tampak bahwa mikroba yang terdapat pada sampel air sungai Babura berbentuk basil yaitu Escherichia coli. Air sungai Babura memiliki ciri-ciri :
a.
Berwarna
keruh
b.
Bau
c.
Kotor
|
Ciri-cirinya
:
a.
Merupakan batang gram negatif.
b.
Terdapat tunggal, berpasangan, dan dalam
rantai pendek.
c.
Biasanya tidak berkapsul, tidak berspora.
d.
Motil atau tidak motil, peritrikus.
e.
Aerobik, anaerobik fakultatif.
(Cirapuhan,
2012)
|
Gambar 6.1
Escherichia coli
(Cirapuhan, 2012)
Bakteri Escherichia Coli merupakan kuman dari kelompok gram negatif,
berbentuk batang dari pendek sampai kokus, saling terlepas antara satu dengan
yang lainnya tetapi ada juga yang bergandeng dua-dua (diplobasil) dan ada juga
yang bergandeng seperti rantai pendek, tidak membentuk spora maupun kapsula,
berdiameter ± 1,1 – 1,5 x 2,0 – 6,0 µm, dapat bertahan hidup di medium
sederhana dan memfermentasikan laktosa menghasilkan berbagai senyawa asam dan
gas, kandungan G+C DNA ialah 50 sampai 51 mol %. Escherichia coli dapat tumbuh di medium nutrien
sederhana, dan dapat memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan asam dan gas. Kecepatan berkembang biak bakteri ini adalah pada
interval 20 menit jika faktor media, derajat keasaman dan suhu tetap sesuai. Selain tersebar di banyak tempat dan kondisi, bakteri ini tahan
terhadap suhu, bahkan pada suhu ekstrim sekalipun. Suhu yang baik untuk
pertumbuhan bakteri ini adalah antara 8 oC-46 oC, tetapi
suhu optimumnya adalah 37 oC (Ahira, 2012).
6.2.3.
Air Bundaran SIB
Air kolam Bundaran SIB memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Berwarna
keruh
b. Tidak
berbau
c. Terdapat
kotoran didalamnya
Untuk
percobaan ini sumber mikroba dari air parit pajak sukaramai adalah :
|
Ciri-ciri bakteri Rhodosprillum rubrum
:
·
Merupakan
bakteri gram negatif
·
Mampunyai
asam lemak tak jenuh dan jenuh
·
Dapat
ditemukan pada air kolam
·
Berwarna
ungu
(Amirien, 2011)
|
Gambar 6.2 Rhodosprillum rubrum
(Amirien,
2011)
Rhodospirillum adalah genus bakteri fotosintetik dari Rhodospirillaceae keluarga. sel-sel
mereka umumnya berbentuk spiral, polarly
flagellated dan mengandung vesikuler, pipih membran fotosintesis ditumpuk (Singleton dan Sainbury). Mereka berkisar dari tiga sampai sepuluh mikrometer
panjang dan satu-setengah sampai satu setengah mikrometer satu di lebar. Salah
satu jenis spesies dari genus ini adalah Rhodospirillum
rubrum, sebuah bakteri nonsulfur ungu. Bakteri ini berada di bawah
pembagian Alpha kerajaan Proteobacteria.
Rhodospirillum rubrum adalah bakteri gram negatif yang mengandung asam
lemak tak jenuh dan jenuh. Utamanya karotenoid (pigmen) adalah rhodovibrin dan spirilloxanthin. Biotin merupakan faktor pertumbuhan yang
diperlukan untuk Rhodospirillum rubrum
serta konten GC adalah 63,8-65,8 persen. Rhodospirillum
rubrum dapat tumbuh autotrophically
atau heterotrophically. Ini tidak
menghasilkan oksigen sebagai produk sampingan dari fotosintesis, sehingga
merupakan phototroph anoxygenic.
unsur sulfur Ekstraseluler adalah produk oksidasi akhir dalam Rhodospirillum rubrum. Bakteri ini telah
digunakan dalam banyak penelitian, misalnya, untuk mempelajari radiasi
resistensi bakteri berpigmen dan fiksasi nitrogen.
Organisme ini mengandung klorofil b, yang berbeda dari klorofil
yang ditemukan pada tumbuhan. Klorofil b dibedakan oleh spektrum penyerapan
rendah, menyerap maksimal pada 660 nm daripada di 680 nm, Anoxygenic seperti Rhodospirillum
rubrum dapat berisi beberapa bacteriochlorophylls,
dan sebagian besar bakteri ungu memiliki sebuah bacteriochlorophyll, yang menyerap secara maksimal antara 800 dan
925 nm.
Organisme dengan
berbagai jenis klorofil berada pada keuntungan, karena mereka dapat lebih
banyak menggunakan energi dari spektrum elektromagnetik. Pada prokariota,
pigmen fotosintesis diintegrasikan ke dalam sistem membran internal yang timbul
dari invagination dari membran
sitoplasma (bakteri ungu). Rhodospirillum
rubrum tidak hanya memberikan mikroba ungu-merah warna, mereka juga membantu
mengumpulkan energi cahaya untuk fotosintesis. Berfungsi sebagai pigmen
karotenoid aksesori, memainkan peran photoprotective
terhadap cahaya terang dan transfer energi ke pusat reaksi yang akan digunakan
dalam fotofosforilasi.
Rhodospirillum
rubrum dan bakteri lainnya nonsulfur ungu dapat ditemukan dalam pengaturan
alam seperti air kolam, lumpur atau sampel kotoran. ungu. bakteri nonsulfur phototrophic digunakan dalam
proses pengolahan limbah, untuk produksi biomassa sebagai sumber makanan hewan
atau pupuk pertanian, dan produksi hidrogen molekul oleh evolusi dari nitrogenase. Mereka dapat digunakan juga
sebagai sumber-bebas sistem sel melakukan fotosintesis dan pembentukan ATP, dan
untuk produksi vitamin dan molekul organik lainnya.
Rhodospirillum adalah bakteri Gram-negatif, motil, bakteri
berbentuk spiral. Mereka dapat tumbuh di bawah berbagai jenis kondisi termasuk
lingkungan aerobik atau anaerobik. Anaerobik, bakteri menggunakan fermentasi
atau fotosintesis untuk menghasilkan energi serta pertumbuhan photoautotrophic. rubrum menggunakan
MoFe dan hanya nitrogenase Fe. Sistem ini, yang bekerja dengan baik peraturan
translasi dan pasca-translasi kegiatan nitrogenase dan menanggapi kedua sinyal
status nitrogen dan energi, telah disebut "terbaik-contoh dipahami reversibel-ridosylation ADP sebagai
sistem hukum di organisme apapun". Rhodospirillum
rubrum ditemukan untuk menjadi yang paling efisien dan menghasilkan tingkat
maksimum membran fotosintesis internal ketika itu tumbuh dengan baik dan fruktosa
suksinat sebagai sumber karbon dalam kondisi mikroaerofil. Namun, dapat tumbuh
dengan CO sebagai sumber energi sendiri. O Struktur CODH yang merupakan pusat
dari sistem oksidasi Rhodospirillum
rubrum CO telah menjadi model untuk CODHS yang lebih kompleks untuk
organisme lain. Selain itu, regulon
CO-oksidasi memiliki unik CO-sensing
protein, COOA, yaitu "menjadi sebuah paradigma untuk gas-sensor dan
regulator transkripsi". Dengan tidak adanya fruktosa,
bakteri hanya menghasilkan 20% tingkat maksimum membran fotosintesis. Rhodospirillum rubrum
mengkonsumsi suksinat dan fruktosa secara bersamaan, namun, selama oksigen membatasi
kondisi, bakteri preferentially
dikonsumsi fruktosa. Sel memproses fruktosa melalui jalur Embden-Meyer-Parnas. Hal ini juga menemukan bahwa di bawah kondisi
oksigen membatasi, NADPH diproduksi sebagian besar oleh transhydrogenase piridin-nukleotida.
Tak satu pun dari genom bakteri dalam genus Rhodospirillum
rubrum telah diurutkan. Namun, pengaturan fiksasi nitrogen
terjadi pada tingkat transkripsi dengan ekspresi. Jika dan tingkat posttranslational dengan reduktase dinitrogenase oleh "ribosylation reversibel-ADP dikatalisis
oleh drat-DRAG(dinitrogenase reduktase
glycohydrolase) reduktase-aktifasi ADP-(ribosyltransferase-dinitrogenase)
sistem". Selain itu, sistem genetik dari bakteri fotosintesis untuk centenum Rhodospirillum telah
dikembangkan melalui mempelajari mutan (Amirien, 2011).
VII.
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1
Kesimpulan
Adapun
kesimpulan dari percobaan ini adalah :
1.
Proses
sterilisasi bertujuan untuk membunuh mikroorganisme yang tidak diinginkan dalam
proses penanaman media.
2.
Sterilisasi
yang dilakukan Pada praktikum merupakan sterilisasi pemanasan basah.
3.
Pada
proses sterilisasi suhu yang digunakan adalah 100 oC.
4.
Penanaman
media berguna untuk membiakkan mikroba tertentu yang diinginkan.
5.
Setiap
media harus mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroorganisme tertentu.
6.
Koloni
mikroba yang terdapat pada air sungai Babura adalah Escherichia coli. Sedangkan koloni mikroba pada air Bundara
SIB adalah Rhodosprillium rubrum
7.2 Saran
Adapun saran untuk percobaan ini adalah :
1. Disarankan untuk menggunakan media pertumbuhan mikroba yang lain pada
pecobaan seperti medium sintesis, media isolasi, dan sebagainya
sebagai perbandingan.
2. Disarankan sumber mikroba, tidak hanya dari air tetapi
dari tanah atau dari udara.
3. Divariasikan cara pembuatan
media, misalnya menggunakan yeast.
DAFTAR PUSTAKA
Ahira,
Anne. 2011. Identifikasi Bakteri Negatif.
http ://ahnneahira.blogspot.com. Diakses 24 Maret 2013
Amirien,
Ronye. 2011. Rodhospirillum rubrum. http
://bacterirodhospirillum.blog spot.com. Diakses 24 Maret 2013
Chamidah, Nur.
2010. Sterilisasi, Desinfeksi, Aseptik, dan Antiseptik. http:// blognya chami.blogspot.com/2010/10/-sterilisasi--desinfeksi---aseptik-dan.html.
Diakses 26 Maret 2013
Cirapuhan. 2012. Ragi
(Saccharomyces cerevisiae). http://perananragi.cirapuhan. Com. Diakses 24 Maret 2013
Copernicus.
2013. 9 Jenis Sterilisasi Di Laboratorium
Mikrobiologi. http://alatalat laboratorium\.com/Blog/sterilisasi-laboratorium-mikrobiologi. Diakses 26 Maret 2013
Hidayat , Yusuf
; Sutarma. 1999. Teknik Pembuatan Media
Bakteri. Bogor : Balai Penelitian Veteriner
Kusnandar, F. 2011. Proses Termal.
iirc.ipb.ac.id/feri_kusnandar.doc Diakses pada 21 Oktober 2012
Manangsang,
Arya. 2012. Panduan Praktikum-Pembuatan
Media Nutrien Agar dan Sterilisasi. http://aryamanangsang2.wordpress.com/2012/12/02/panduan-pr aktikum-pembuatan- media-nutrien-agar-dan-sterilisasi/. Diakses 26 Maret
2013
Waluyo, Lud.
2010. Teknik Metode Dasar Dalam
Mikrobiologi. Malang : Umm press
LAMPIRAN
A
FOTO
PENGAMBILAN SAMPEL
L.A.1 Air Bundaran SIB
Gambar
LA-1 Foto Pengambilan Sampel Air Bundaran SIB
L.A.2
Air Sungai Babura
Gambar
LA-2 Foto Pengambilan Air Sungai Babura
No comments :
Post a Comment