Thursday, 6 March 2014

Proses Penanaman Media (PPM)

I.          JUDUL PERCOBAAN   :   PROSES PENANAMAN MEDIA DAN
STERILISASI
II.    TUJUAN PERCOBAAN
2.1. Sterilisasi                      : Membunuh  mikroorganisme atau mensterilkan alat-alat ( kaca objek, tabung reaksi, dan gelas ukur) yang akan digunakan dalam percobaan mikrobiologi. Selain itu, agar mengetahui cara pensterilan secara fisika, terutama pemanasan basah.
2.2. Penanaman Media      : Untuk mengetahui cara pembuatan media yang sesuai dengan pertumbuhan mikroba, dan untuk mengetahui cara penggoresan pada metode cawan gores serta untuk mengamati mikroba yang tumbuh pada media tersebut.

III.   TEORI DAN APLIKASI
3.1    Sterilisasi
Sterilisasi yaitu proses membunuh semua mikroorganise termasuk spora bakteri pada benda yang telah didekontaminasi dengan tepat. Tujuan sterilisasi yaitu untuk memusnahkan semua bentuk kehidupan mikroorganisme patogen termasuk spora, yang mungkin telah ada pada peralatan kedokteran dan perawatan yang dipakai. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode sterilisasi yaitu sifat bahan yang akan disterilkan (Chamida, 2010).
Proses sterilisasi adalah salah satu proses yang penting di laboratorium mikrobiologi. Pada laboratorium mikrobiologi, proses ini dilakukan di dua tahap, yaitu sebelum analisa dan sesudah analisa. Sebelum analisa, proses sterilisasi dilakukan untuk menjamin bahwa alat alat laboratorium dan media mikrobiologi yang akan digunakan sudah steril dan tidak mengandung mikroorganisme lagi. Sedangkan setelah analisa, proses sterilisasi digunakan untuk menjamin bahwa mikroorganisme yang tumbuh sudah mati dan memastikan mereka tidak menjadi sumber kontaminasi bagi analis dan lingkungannya (Copernicus, 2013).
Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara (nutrien) yang berguna untuk membiakkan mikroba. Dengan menggunakan bermacam-macam media dapat dilakukan isolasi, perbanyakan, pengujian sifat fisiologis dan perhitungan sejumlah mikroba. Supaya mikroba dapat tumbuh baik dalam suatu media, maka medium tersebut harus memenuhi syarat-syarat, antara lain:
1.    Harus mengandung semua zat hara yang mudah digunakan oleh mikroba,
2.    Harus mempunyai tekanan osmosis,
3.    Tegangan permukaan dan pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba yang  akan tumbuh,
4.    Tidak mengandung zat-zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba,
5.    Harus berada dalam keadaan steril sebelum digunakan, agar mikroba yang ditumbuhkan dapat tumbuh dengan baik (Manangsang, 2012).

3.2         Metode Sterilisasi
1. Sterilisasi dengan pemanasan kering
    a. Pemijaran / flambir
Cara ini dipakai langsung, sederhana, cepat dan dapat menjamin sterilisasinya, namun penggunaannya terbatas pada beberapa alat saja, misalnya: benda-benda dari logam (instrument), benda-benda dari kaca, benda-benda dari porselen.
Caranya yaitu:
1.    Siapkan bahan yang disterilkan, baskom besar yang bersih, brand spritus, korek api.
2.    Kemudian brand spritus dituangkan secukupnya ke dalam baskom tersebut. Selanjutnya dinyalakan dengan api.
3.    Alat-alat instrumen dimasukkan ke dalam nyala api.

b.  Dengan cara udara panas kering
Cara ini pada dasarnya adalah merupakan suatu proses oksidasi, cara ini memerlukan suhu yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan sterilisasi pemanasan basah. Adapun alat yang dapat dilakukan dengan cara ini yaitu benda-benda dari logam, zat-zat seperti bubuk, talk, vaselin, dan kaca.

Caranya yaitu:
1.    Alat bahan harus dicuci, sikat dan desinfeksi terlebih dahulu
2.  Dikeringkan bahan dengan lap dan diset menurut kegunaanya
3.  Berilah indikator pada setiap set

2.  Sterilisasi dengan pemanasan basah
  Ada beberapa cara sterilisasi ini, yaitu:
a)    Dimasak dalam air biasa
     Suhu tertinggi 100 ºC, tapi pada suhu ini bentuk vegetatif dapat dibinasakan tetapi bentuk yang spora masih bertahan. Oleh karna itu agar efektif membunuh spora maka dapat ditambahkan natrium nitrat 1% dan phenol 5%.
Caranya yaitu:
1. Alat atau bahan instrumen dicuci bersih dari sisa-sisa darah, nanah atau kotoran lain.
2.  Kemudian segera dimasukkan langsung ke dalam air mendidih.
3.  Tambahkan nitrit 1% dan phenol 5%, agar bentuk sporanya mati
4. Waktu pensterilan 30-60 menit (menurut pharmacope–Rusia).
5.  Seluruh permukaan harus terendam.

b)  Dengan uap air
     Cara ini cukup efektif dan sangat sederhana. Dapat dipakai dengan dandang/panci dengan penangas air yang bagiannya diberi lubang/sorongan, agar uap air dapat mengalir bagian alat yang akan disterilkan.waktu sterilisasi 30 menit.
Caranya yaitu:
1.    Alat-alat yang akan disterilkan dicuci, dibersihkan, disikat serta didesinfeksi.
2. Kemudian dibungkus dengan kertas perkamen dan dimasukkan dalam dandang

  

c)  Sterilisasi dengan uap air bertekanan tinggi
Jenis sterilisasi dengan cara ini merupakan cara yang paling umum digunakan dalam setiap rumah sakit dengan menggunakan alat yang disebut autoclave.
Caranya yaitu:
1.  Alat-alat atau bahan-bahan yang akan disterilkan dicuci, disikat, dan didesinfeksi.
2. Kemudian diset menurut penggunaannya dan diberi indikator.
3.    Kemudian dibungkus kain / kertas.
4.    Masukkan alat/bahan yang telah dibungkus ke dalam autoclave.

3.  Sterilisasi dengan penambahan zat-zat kimia
     Cara ini tidak begitu efektif bila dibandingkan dengan cara pemanasan kering. Cara ini dipergunakan pada bahan-bahan yang tidak tahan pemanasan atau cara lain tidak bisa dilaksanakan karena keadaan. Contoh zat kimia : Formaldehyda, hibitane, Cidex.

4.  Sterilisasi dengan radiasi ultraviolet
     Karena disemua tempat itu terdapat kuman, maka dilakukan sterilisasi udara dan biasanya dilakukan di tempat-tempat khusus. Misalnya: di kamar operasi, kamar isolasi, dsb. dan udaranya harus steril. Hal ini dapat dilakukan dengan sterilisasi udara (air sterilization) yang memakai radiasi ultraviolet.

5.  Sterilisasi dengan filtrasi
     Cara ini digunakan untuk udara atau bahan-bahan berbentuk cairan. Filtrasi udara disebut HEPA (Hight Efficiency Paticulate Air). Tujuannya adalah untuk filtrasi cairan secara luas hanya digunakan dalam produksi obat-obatan atau pada sistem irigasi dalam ruang operasi, maupun dalam perawatan medik lainnya yang membutuhkan adanya cairan steril. Jenis filternya yang penting ialah pori-porinya harus lebih kecil dari jenis kuman. Pori-pori filter ukurannya minimal 0,22 micron (Chamidah, 2010).
3.3    Pembuatan Media
Media adalah suatu substansi yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri. Untuk menaikkan tekanan osmose dan menjaga keseimbangan fisikokhemis sel-sel bakteri yang tumbuh, kedalam media harus ditambahkan NaCl.
Media dapat berbentuk padat, cair dan semi padat (semi solid). Didalam laboratoium mikobiologi, kultur media sangat penting untuk isolasi, pengujian sifat-sifat phisis dan biokhemis bakteria serta untuk diagnosa suatu penyakit. Zat makanan yang dibutuhkan bakteri pada umumnya sangat bervariasi, dapat berbentuk senyawa-senyawa organik sederhana atau senyawa-senyawa organik komplek (majemuk) (Hidayat, dkk., 1999).

3.4    Aplikasi Sterilisasi dalam Industri Pangan
 Proses Pengalengan Buah
Produk pangan yang telah mengalami sterilisasi seharusnya dikemas dengan kemasan yang kedap udara untuk mencegah terjadinya rekontaminasi. Kondisi pengemasan kedap udara ini menyebabkan terbatasnya jumlah udara (oksigen) yang rendah, sehingga mikroorganisme yang bersifat obligat aerob tidak akan mampu tumbuh pada produk pangan tersebut.
Umumnya, proses pengemasan bagi bahan pangan yang telah diproses dengan sterilisasi komersial akan menyebabkan kondisi anaerobik. Kondisi ini memberikan beberapa keuntungan, antara lain spora bakteri pembusuk umumnya tidak tahan panas sehingga lebih mudah dimusnahkan pada proses pemanasan; dan dapat mengurangi reaksi oksidasi yang mungkin terjadi baik selama pemanasan maupun selama penyimpanan setelah diproses. Untuk mem- pertahankan kondisi anaerobik ini, bahan pangan perlu dikemas dalam kemasan kedap udara (hermetis) seperti kaleng, gelas, kantong plastik atau aluminium foil.
Berdasarkan prosesnya, sterilisasi dapat dilakukan dengan dua metode,
yaitu:
1.   Proses pengalengan konvensional, dimana produk dimasukkan dalam kaleng,  lalu ditutup secara hermetis, dan setelah itu produk dalam kaleng dipanaskan/disterilisasikan dengan menggunakan retort, Setelah kecukupan panas yang diperlukan tercapai, produk dalam kaleng tersebut didinginkan.
2.   Proses aseptis, yaitu suatu proses dimana produk dan kemasan disterilisasi secara terpisah, kemudian produk steril tersebut diisikan ke dalam wadah steril pada suatu ruangan yang steril.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka produk pangan steril komersial dapat didefinisikan sebagai produk pangan berasam rendah (low acid foods) yang telah mengalami proses pemanasan, sehingga bisa dipastikan bahwa produk tersebut telah bebas dari mikroba yang dapat berkembang biak dalam makanan pada kondisi penyimpanan atau distribusi yang normal tanpa bantuan pendingin. Isti- lah pangan steril komersial selama ini sering pula dikenal sebagai makanan dalam kaleng.
      Contoh yang paling populer adalah proses pengalengan, dimana produk dalam kaleng akan disterilisasi dengan menggunakan ketel uap (retort). Flowchart berikut akan  memperlihatkan contoh proses pengalengan buah dengan menerapkan proses sterilisasi komersial (Kusnandar, 2011).


















Mulai
Sortasi
Pencucian
Pengupasan
Perajangan atau pemotongan
Blansir
Pengisian dalam kaleng
Penambahan larutan atau sirup
Selesai
Exhausting
Penutupan kaleng
Sterilisasi
Pendinginan
Pengeringan dan pelabelan
Penyimpanan atau distribusi
Gambar 3.2 Flowchart Proses Pengalengan Buah
                            (Kusnandar, 2011)
 

































IV.  BAHAN DAN ALAT
4.1 Bahan Percobaan
4.1.1 Sterilisasi
          Adapun bahan yang digunakan adalah :
1.    Tabung reaksi
     Fungsi : Untuk tempat terjadinya reaksi.
2.    Kaca objek
     Fungsi : Untuk meletakkan objek yang akan di amati.
3.    Gelas ukur
     Fungsi : Untuk mengukur berapa volume aquadest yang diperlukan

4.1.2 Penanaman Media
         Adapun bahan yang digunakan adalah :
1.    Agar
    Fungsi : pengental campuran.
2.    Glukosa
     Fungsi : sumber nutrisi bagi bakteri.
3.    Aquadest (H2O)
     Fungsi : campuran nutrisi.
4.    Air rendaman daging
     Fungsi : sumber nutrisi bagi mikroba.
5.    Air rendaman wortel
     Fungsi : sumber nutrisi bagi mikroba.
6.    Air bundaran SIB
     Fungsi : sumber mikroba.
7.    Air sungai Babura
     Fungsi : sumber mikroba.





4.2 Peralatan Percobaan
4.2.1 Sterilisasi
         Adapun peralatan yang digunakan adalah :
1.    Kompor
     Fungsi : memanaskan bahan dan dandang.
2.    Dandang
     Fungsi : wadah tempat pensterilan.
3.    Tisu gulung
     Fungsi: bahan pembungkus alat yang akan disterilkan.
4.    Penjepit tabung
     Fungsi: untuk mengambil alat-alat yang telah disterilkan dan media saat pengadukan.
5.    Steril kabinet
     Fungsi : penyimpanan alat yang telah disterilkan.

4.2.2 Penanaman Media
Adapun peralatan yang digunakan adalah :
1. Mikroskop
    Fungsi : Untuk mengamati mikroba.
2. Kaca benda
    Fungsi : Untuk meletakkan media yang akan di amati.
3. Kawat inokulasi
    Fungsi : Untuk menggoreskan media pada kaca benda.
4. Cawan petri
    Fungsi : Sebagai tempat penanaman media.
6. Kompor
    Fungsi : Untuk membantu pemanasan dalam membuat media.
7. Panci
    Fungsi : Sebagai wadah untuk membuat media.
8. Tabung reaksi
    Fungsi : Untuk tempat penanaman media.

V.       PROSEDUR PERCOBAAN
5.1  Sterilisasi
1.         Kompor dihidupkan dan dandang yang berisi air diletakkan di atasnya.
2.         Alat-alat yang akan disterilkan (tabung reaksi, gelas ukur dan kaca objek) dicuci hingga bersih dan dikeringkan, lalu dibungkus dengan tisu.
3.         Kemudian alat-alat tersebut dimasukkan kedalam dandang dan dipanaskan hingga 100oC lalu dibiarkan selama 15 menit setelah mendidih.
4.         Lalu kompor dimatikan dan alat-alat tersebut dimasukkan kedalam steril kabinet.

5.2  Penanaman Media
5.2.1 Prosedur Pembuatan Media Adukan
1.    Ditimbang 3 gram glukosa.
2.    Air rendaman daging, air rendaman wortel, aquadest, dan glukosa dicampur dan dimasak sambil diaduk.
3.    Setelah mendidih agar bubuk ditambahkan ke dalam campuran dan dimasak hingga tersuspensi ke dalam larutan.
4.    Campuran dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
5.    Kemudian diteteskan sumber mikroba yaitu masing – masing untuk air sungai Babura dan air Bundaran SIB dimasukkan kedalam media selagi panas dan diaduk dengan menggunakan penjepit tabung .
6.    Media yang telah diinokulasi, diaduk dan dibiarkan mendingin.
7.    Media ditutup dan diinkubasi selama 2x24 jam
8.    Media diamati dengan menggunakan mikroskop dan digambar bentuk koloninya.

5.2.2        Prosedur Pembuatan Media Miring
1.      Ditimbang 3 gram glukosa.
2.      Air rendaman daging, air rendaman wortel, aquadest, dan glukosa dicampur dan dimasak sambil diaduk.
3.    Setelah mendidih agar bubuk ditambahkan ke dalam campuran dan dimasak hingga tersuspensi ke dalam larutan.
4.    Campuran dimasukkan ke dalam tabung reaksi dalam keadaan miring.
5.    Agar yang telah terdispersi dibiarkan mendingin.
6.    Kemudian diteteskan sumber mikroba dengan pipet tetes yaitu masing-masing untuk air sungai Babura dan air Bundaran SIB.
7.    Media ditutup dan diinkubasi 2x24 jam.
8.    Media diamati dengan menggunakan mikroskop dan digambar bentuk koloninya.

5.3. Flowchart Percobaan
Mulai
Kompor dihidupkan dan dandang diletakkan di atasnya
Alat-alat yang akan disterilkan dicuci
Alat-alat dibungkus dengan tisu
Alat-alat dipanaskan dalam dandang sampai 100 oC selama 15 menit
Kompor dimatikan
Alat-alat dimasukkan ke dalam steril kabinet
Selesai
5.3.1 Flowchart Sterilisasi














Gambar 5.1 Flowchart Sterilisasi
 






5.3.2 Flowchart Proses Penanaman Media
5.3.2.1 Flowchart Pembuatan Media Adukan
Gambar 5.2 Flowchart Pembuatan Media Adukan

Mulai
Ditimbang 3 gram glukosa
Air rendaman daging, air rendaman wortel, aquadest, dan glukosa dicampur dan dimasak
Setelah mendidih, agar ditambahkan
Campuran di masukkan ke tabung reaksi
Sumber mikroba dimasukkan ke dalam media dalam keadaan panas
Diaduk dengan menggunakan penjepit tabung

Media ditutup dan diinokulasi
Media diamati mengunakan mikroskop dan digambar
Selesai
 































5.3.2.2 Flowchart Pembuatan Media Miring
Mulai
Ditimbang 3 gram glukosa
Air rendaman daging, air rendaman wortel, aquadest, dan glukosa dicampur dan dimasak
Setelah mendidih, agar ditambahkan
Campuran di masukkan ke tabung reaksi dalam keadaan miring
Agar yang telah terdispersi dibiarkan mendingin
Sumber mikroba dimasukan ke dalam tabung reaksi

Media ditutup dan diinkubasi
Media diamati mengunakan mikroskop dan digambar
Selesai
Gambar 5.4 Flowchart Pembuatan Media Miring


 


VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Hasil Percobaan
Tabel 6.1 Hasil Percobaan
No.
Nama Alat
Gambar
Jumlah
Keterangan


1.

Tabung reaksi




6


Steril

2.
2.       
Kaca objek
6
Steril

3.

Gelas ukur






1

Steril













Tabel 6.2 Gambar Berbagai Media
Sumber Mikroba
Media
Gambar Media

Air Sungai Babura

Adukan
Miring

Air Bundaran SIB

   Adukan



Miring
        

Tabel 6.3 Hasil Pengamatan Penanaman Media
Sumber Mikroba
Media
Gambar Mikroba
Nama Mikroba
Air Sungai Babura


Adukan



Escherichia Coli
Miring


Eschericia Coli




Air Bundaran SIB
Adukan



Rhodosprillum rubrum

Miring



Rhodosprillum rubrum


6.2 Pembahasan
6.2.1. Sterilisasi
          Sterilisasi merupakan proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari semua bentuk kehidupan. Dalam percobaan ini alat-alat yang disterilkan yaitu tabung reaksi, kaca objek, cawan petri dan beaker glass . Terlebih dahulu alat-alat tersebut dipanaskan atau dikukus dengan uap jenuh atau uap panas dengan suhu 100oC di dalam dandang. Proses yang dilakukan dalam percobaan ini adalah sterilisasi pemansan basah. Uap air pada suhu 100oC akan membunuh mikroorganisme pada alat atau bahan yang akan digunakan.
          Teknik sterilisasi pendidihan dengan air akan dapat membunuh mikoorganisme dengan cara mengkoagulasikan dan mendenaturasi protein sel mikoba. Proses koagulasi dan denaturasi protein memerlukan energi yang lebih sedikit daripada proses oksidasi. Oleh karena itu,  teknik ini memerlukan suhu yang lebih rendah. Sebelum direbus alat-alat harus besih dari segala kotoran sepeti feses dan darah. Alat-alat yang akan disteril harus diendam dalam air. Hampi semua bentuk vegetatif sel bakteri akan hancur dalam waktu beberapa detik setelah perebusan. Tetapi hal ini tidak berlaku untuk spora jamur, kista protozoa, dan beberapa virus seperti virus hepatitis. Sebenarnya, mikroorganisme biasanya mati dalam beberapa menit pada suhu 80 oC. Namun, endospora bakteri memperlihatkan ketahanan yang luar biasa tehadap panas, dan mungkin masih dapat bertahan pada suhu air mendidih sampai 20 jam. Endospora yang sangat resisten biasanya diisolasi dari makanan tempat spora belindung. Spora jamur lebih mudah dibinasakan daripada endospora bakteri. Oleh karena itu, kita tidak dapat mempercayai air mendidih untuk mensterilkan secara penuh. Efek mematikan air mendidih dapat ditingkatkan dengan penambahan 2 % natrium karbonat atau deterjen. Spora yang tahan terhadap air mendidih selama 10 jam, ternyata dapat dimatikan pada suhu 98 oC dalam waktu 10-30 menit (Waluyo, 2010).

6.2.2. Air Sungai Babura
          Dari hasil pengamatan, yaitu terhadap mikroba akuatik yang terdapat pada air Sungai Babura, setelah diamati di bawah mikroskop tampak bahwa mikroba yang terdapat pada sampel air sungai Babura berbentuk basil yaitu Escherichia coli. Air sungai Babura memiliki ciri-ciri :
a.    Berwarna keruh
b.    Bau
c.    Kotor




Ciri-cirinya :
a.         Merupakan batang gram negatif.
b.        Terdapat tunggal, berpasangan, dan dalam rantai pendek.
c.         Biasanya tidak berkapsul, tidak berspora.
d.        Motil atau tidak motil, peritrikus.
e.         Aerobik, anaerobik fakultatif.
(Cirapuhan, 2012)








      

            Gambar 6.1 Escherichia coli
                        (Cirapuhan, 2012)
Bakteri Escherichia Coli merupakan kuman dari kelompok gram negatif, berbentuk batang dari pendek sampai kokus, saling terlepas antara satu dengan yang lainnya tetapi ada juga yang bergandeng dua-dua (diplobasil) dan ada juga yang bergandeng seperti rantai pendek, tidak membentuk spora maupun kapsula, berdiameter ± 1,1 – 1,5 x 2,0 – 6,0 µm, dapat bertahan hidup di medium sederhana dan memfermentasikan laktosa menghasilkan berbagai senyawa asam dan gas, kandungan G+C DNA ialah  50  sampai   51  mol  %. Escherichia coli dapat tumbuh di medium nutrien sederhana, dan dapat memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan asam dan gas. Kecepatan berkembang biak bakteri ini adalah pada interval 20 menit jika faktor media, derajat keasaman dan suhu tetap sesuai. Selain tersebar di banyak tempat dan kondisi, bakteri ini tahan terhadap suhu, bahkan pada suhu ekstrim sekalipun. Suhu yang baik untuk pertumbuhan bakteri ini adalah antara 8 oC-46 oC, tetapi suhu optimumnya adalah 37 oC (Ahira, 2012).







  6.2.3. Air Bundaran SIB
Air kolam Bundaran SIB memiliki karakteristik sebagai berikut :
a.    Berwarna keruh
b.    Tidak berbau
c.    Terdapat kotoran didalamnya
Untuk percobaan ini sumber mikroba dari air parit pajak sukaramai adalah :
Ciri-ciri bakteri Rhodosprillum rubrum :
·      Merupakan bakteri gram negatif
·      Mampunyai asam lemak tak jenuh dan jenuh
·      Dapat ditemukan pada air kolam
·      Berwarna ungu
     (Amirien, 2011)


 


   Gambar 6.2 Rhodosprillum rubrum
         (Amirien, 2011)
          Rhodospirillum adalah genus bakteri fotosintetik dari Rhodospirillaceae keluarga. sel-sel mereka umumnya berbentuk spiral, polarly flagellated dan mengandung vesikuler, pipih membran fotosintesis ditumpuk (Singleton dan Sainbury). Mereka berkisar dari tiga sampai sepuluh mikrometer panjang dan satu-setengah sampai satu setengah mikrometer satu di lebar. Salah satu jenis spesies dari genus ini adalah Rhodospirillum rubrum, sebuah bakteri nonsulfur ungu. Bakteri ini berada di bawah pembagian Alpha kerajaan Proteobacteria.
          Rhodospirillum rubrum adalah bakteri gram negatif yang mengandung asam lemak tak jenuh dan jenuh. Utamanya karotenoid (pigmen) adalah rhodovibrin dan spirilloxanthin. Biotin merupakan faktor pertumbuhan yang diperlukan untuk Rhodospirillum rubrum serta konten GC adalah 63,8-65,8 persen. Rhodospirillum rubrum dapat tumbuh autotrophically atau heterotrophically. Ini tidak menghasilkan oksigen sebagai produk sampingan dari fotosintesis, sehingga merupakan phototroph anoxygenic. unsur sulfur Ekstraseluler adalah produk oksidasi akhir dalam Rhodospirillum rubrum. Bakteri ini telah digunakan dalam banyak penelitian, misalnya, untuk mempelajari radiasi resistensi bakteri berpigmen dan fiksasi nitrogen.
   Organisme ini mengandung klorofil b, yang berbeda dari klorofil yang ditemukan pada tumbuhan. Klorofil b dibedakan oleh spektrum penyerapan rendah, menyerap maksimal pada 660 nm daripada di 680 nm, Anoxygenic seperti Rhodospirillum rubrum dapat berisi beberapa bacteriochlorophylls, dan sebagian besar bakteri ungu memiliki sebuah bacteriochlorophyll, yang menyerap secara maksimal antara 800 dan 925 nm.
Organisme dengan berbagai jenis klorofil berada pada keuntungan, karena mereka dapat lebih banyak menggunakan energi dari spektrum elektromagnetik. Pada prokariota, pigmen fotosintesis diintegrasikan ke dalam sistem membran internal yang timbul dari invagination dari membran sitoplasma (bakteri ungu). Rhodospirillum rubrum tidak hanya memberikan mikroba ungu-merah warna, mereka juga membantu mengumpulkan energi cahaya untuk fotosintesis. Berfungsi sebagai pigmen karotenoid aksesori, memainkan peran photoprotective terhadap cahaya terang dan transfer energi ke pusat reaksi yang akan digunakan dalam fotofosforilasi.
 Rhodospirillum rubrum dan bakteri lainnya nonsulfur ungu dapat ditemukan dalam pengaturan alam seperti air kolam, lumpur atau sampel kotoran. ungu. bakteri nonsulfur phototrophic digunakan dalam proses pengolahan limbah, untuk produksi biomassa sebagai sumber makanan hewan atau pupuk pertanian, dan produksi hidrogen molekul oleh evolusi dari nitrogenase. Mereka dapat digunakan juga sebagai sumber-bebas sistem sel melakukan fotosintesis dan pembentukan ATP, dan untuk produksi vitamin dan molekul organik lainnya.
Rhodospirillum adalah bakteri Gram-negatif, motil, bakteri berbentuk spiral. Mereka dapat tumbuh di bawah berbagai jenis kondisi termasuk lingkungan aerobik atau anaerobik. Anaerobik, bakteri menggunakan fermentasi atau fotosintesis untuk menghasilkan energi serta pertumbuhan photoautotrophic. rubrum menggunakan MoFe dan hanya nitrogenase Fe. Sistem ini, yang bekerja dengan baik peraturan translasi dan pasca-translasi kegiatan nitrogenase dan menanggapi kedua sinyal status nitrogen dan energi, telah disebut "terbaik-contoh dipahami reversibel-ridosylation ADP sebagai sistem hukum di organisme apapun". Rhodospirillum rubrum ditemukan untuk menjadi yang paling efisien dan menghasilkan tingkat maksimum membran fotosintesis internal ketika itu tumbuh dengan baik dan fruktosa suksinat sebagai sumber karbon dalam kondisi mikroaerofil. Namun, dapat tumbuh dengan CO sebagai sumber energi sendiri. O Struktur CODH yang merupakan pusat dari sistem oksidasi Rhodospirillum rubrum CO telah menjadi model untuk CODHS yang lebih kompleks untuk organisme lain. Selain itu, regulon CO-oksidasi memiliki unik CO-sensing protein, COOA, yaitu "menjadi sebuah paradigma untuk gas-sensor dan regulator transkripsi". Dengan tidak adanya fruktosa, bakteri hanya menghasilkan 20% tingkat maksimum membran fotosintesis.  Rhodospirillum rubrum mengkonsumsi suksinat dan fruktosa secara bersamaan, namun, selama oksigen membatasi kondisi, bakteri preferentially dikonsumsi fruktosa. Sel memproses fruktosa melalui jalur Embden-Meyer-Parnas. Hal ini juga menemukan bahwa di bawah kondisi oksigen membatasi, NADPH diproduksi sebagian besar oleh transhydrogenase piridin-nukleotida.
Tak satu pun dari genom bakteri dalam genus Rhodospirillum rubrum telah diurutkan. Namun, pengaturan fiksasi nitrogen terjadi pada tingkat transkripsi dengan ekspresi. Jika dan tingkat posttranslational dengan reduktase dinitrogenase oleh "ribosylation reversibel-ADP dikatalisis oleh drat-DRAG(dinitrogenase reduktase glycohydrolase) reduktase-aktifasi ADP-(ribosyltransferase-dinitrogenase) sistem". Selain itu, sistem genetik dari bakteri fotosintesis untuk centenum Rhodospirillum telah dikembangkan melalui mempelajari mutan (Amirien, 2011).











VII.          KESIMPULAN DAN SARAN
7.1     Kesimpulan
      Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah :
1.      Proses sterilisasi bertujuan untuk membunuh mikroorganisme yang tidak diinginkan dalam proses penanaman media.
2.      Sterilisasi yang dilakukan Pada praktikum merupakan sterilisasi pemanasan basah.
3.      Pada proses sterilisasi suhu yang digunakan adalah 100 oC.
4.      Penanaman media berguna untuk membiakkan mikroba tertentu yang diinginkan.
5.      Setiap media harus mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroorganisme tertentu.
6.      Koloni mikroba yang terdapat pada air sungai Babura adalah Escherichia coli. Sedangkan koloni mikroba pada air Bundara SIB adalah Rhodosprillium rubrum

7.2     Saran
      Adapun saran untuk percobaan ini adalah :
1. Disarankan untuk menggunakan media pertumbuhan mikroba yang lain pada pecobaan seperti   medium sintesis, media isolasi, dan sebagainya sebagai perbandingan.
2. Disarankan sumber mikroba, tidak hanya dari air tetapi dari tanah atau dari udara.
3. Divariasikan cara pembuatan media, misalnya menggunakan yeast.








DAFTAR PUSTAKA
Ahira, Anne. 2011. Identifikasi Bakteri Negatif. http ://ahnneahira.blogspot.com. Diakses 24 Maret 2013
Amirien, Ronye. 2011. Rodhospirillum rubrum. http ://bacterirodhospirillum.blog spot.com. Diakses 24 Maret 2013

Chamidah, Nur. 2010. Sterilisasi, Desinfeksi, Aseptik, dan Antiseptik. http:// blognya chami.blogspot.com/2010/10/-sterilisasi--desinfeksi---aseptik-dan.html. Diakses 26 Maret 2013

Cirapuhan. 2012. Ragi (Saccharomyces cerevisiae). http://perananragi.cirapuhan. Com. Diakses 24 Maret 2013

Copernicus. 2013. 9 Jenis Sterilisasi Di Laboratorium Mikrobiologi. http://alatalat laboratorium\.com/Blog/sterilisasi-laboratorium-mikrobiologi. Diakses 26 Maret 2013

Hidayat , Yusuf ; Sutarma. 1999. Teknik Pembuatan Media Bakteri. Bogor : Balai Penelitian Veteriner

Kusnandar, F. 2011. Proses Termal.  iirc.ipb.ac.id/feri_kusnandar.doc Diakses pada 21 Oktober 2012

Manangsang, Arya. 2012. Panduan Praktikum-Pembuatan Media Nutrien Agar dan Sterilisasi. http://aryamanangsang2.wordpress.com/2012/12/02/panduan-pr aktikum-pembuatan- media-nutrien-agar-dan-sterilisasi/. Diakses 26 Maret 2013

Waluyo, Lud. 2010. Teknik Metode Dasar Dalam Mikrobiologi. Malang : Umm press










LAMPIRAN A
FOTO PENGAMBILAN SAMPEL

L.A.1 Air Bundaran SIB
Gambar LA-1 Foto Pengambilan Sampel Air Bundaran SIB
L.A.2 Air Sungai Babura

Gambar LA-2 Foto Pengambilan Air Sungai Babura

No comments :

Post a Comment