INI ADALAH LAPORAN KECEPATAN REAKSI LENGKAP DENGAN LITERATUR YANG BISA DI DOWNLOAD DI BAGIAN BAWAH HALAMAN
ABSTRAK
Percobaan ini bertujuan untuk
mencari konstanta kecepatan reaksi dari penyabunan etil asetat dengan kalsium
hidroksida. Sampel yang digunakan dalam percobaan ini adalah etil asetat 0,5 M
200 mL, kalsium hidroksida 0,6 N 200 mL, dan pentiter yang digunakan adalah
asam klorida 0,10 M. Adapun peralatan yang digunakan adalah beaker glass, erlenmeyer, gelas ukur,
corong gelas, pipet tetes, pengaduk, buret, stirrer,
timbangan, statif dan klem. Pada percobaan ini, larutan etil asetat dimasukkan
ke dalam beaker glass yang berisi
larutan kalsium hidroksida. Kemudian larutan diaduk dengan stirrer dan dihitung waktunya. Setiap 4 menit diambil sampel
sebanyak 4 mL, setiap 8 menit diambil sampel sebanyak 10 mL dan setiap 12 menit
diambil sampel sebanyak 16 mL lalu kemudian ditambahkan dengan indikator phenolpthalein dan dititer dengan asam
klorida sampai diperoleh volume konstan. Percobaan dilakukan dengan pengadukan
205 putaran/menit, 300 putaran/menit, dan tanpa pengadukan. Harga konstanta
kecepatan reaksi rata-rata terbesar terdapat pada pengadukan 300 putaran/menit
dengan sampling 10 mL ; 8 menit, yaitu 0,0198 M-1 menit-1.
Harga kecepatan reaksi rata-rata terbesar terdapat pada pengadukan 300
putaran/menit dengan sampling 4 mL ; 4menit, yaitu 0,0524 M/menit.
Kata kunci : Pengadukan, Kecepatan Reaksi, Etil Asetat, Kalsium
Hidroksida, Konversi, dan Titrasi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Laju atau kecepatan reaksi adalah perubahan
konsentrasi pereaksi ataupun produk dalam suatu satuan waktu. Laju suatu reaksi
dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi suatu pereaksi, atau
laju bertambahnya konsentrasi suatu produk (Keenan, 1999).
Bahan yang digunakan dalam menentukan koefisien
kecepatan reaksi ini adalah kalium hidroksida (KOH), etil asetat (CH3COOC2H5)
dan asam klorida (HCl). Kalium Hidroksida (KOH) merupakan basa kuat, umumnya digunakan pada industri pupuk,
fotografi, farmasi, sabun dan sebagainya.
Asam
Klorida (HCl) merupakan bahan kimia yang termasuk penting dalam kegiatan
industri, misalnya pada industri pelapisan logam, minyak, atau untuk
menghasilkan senyawa yang mengandung khlor seperti karet sintetis, atau produk
yang banyak digunakan di rumah tangga, misalnya pembersih WC. Etil asetat (CH3COOC2H5)
digunakan dalam industri pembuatan plastik, keramik dan sebagainya (Damanhuri,
2008)
Didalam percobaan dilakukan
metode pengadukan dan tanpa pengadukan sebagai variabel yang diamati
pengaruhnya terhadap konversi, konsentrasi, konstanta laju reaksi dan laju
reaksi dari sampel. Variabel ini dipilih karena metodenya yang mudah dilakukan
dan pengaplikasiannya yang luas dalam bidang teknik kimia, misalnya dalam
perancangan reaktor, dimana pengadukan disini berfungsi untuk menghomogenkan
suatu campuran dan mempercepat reaksi.
1.2
Perumusan Masalah
Hal yang
menjadi masalah dalam percobaan kecepatan reaksi ini adalah :
1.
Bagaimana
pengaruh pengadukan dan tanpa pengadukan terhadap kecepatan reaksi.
2.
Berapa
konversi, konsentrasi dan konstanta kecepatan reaksi dari etil asetat dengan
kalium hidroksida.
3.
Bagaimana
mendapatkan harga kekonstanan dari volume HCl sehingga diperoleh konversi etil
asetat yang diinginkan.
1.3 Tujuan
Percobaan
Tujuan dari percobaan
kecepatan reaksi ini adalah :
1.
Untuk
mengetahui pengaruh pengadukan dan tanpa pengadukan terhadap kecepatan reaksi.
2.
Untuk
mendapatkan konstanta kecepatan reaksi dari reaksi etil asetat (CH3COOC2H5)
dengan kalium hidroksida (KOH).
3.
Untuk memperoleh konversi dan laju reaksi dari reaksi
etil asetat (CH3COOC2H5) dengan kalium
hidroksida (KOH).
1.4 Manfaat
Percobaan
Manfaat dari percobaan
kecepatan reaksi adalah :
1. Praktikan dapat mengetahui cara
menentukan konstanta kecepatan reaksi dari reaksi antara etil asetat (CH3COOC2H5)
dan kalium hidroksida (KOH).
2. Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi dalam
pembuatan suatu produk.
3. Prakikan dapat mengetahui cara
menentukan konversi dan laju reaksi dari reaksi etil
asetat (CH3COOC2H5) dengan kalium hidroksida (KOH). Dengan mengetahui hal-hal tersebut maka praktikan dapat menentukan kondisi yang paling baik untuk reaksi
etil asetat (CH3COOC2H5) dengan kalium
hidroksida (KOH).
1.5 Ruang
Lingkup Percobaan
Adapun ruang lingkup dari
percobaan ini adalah:
1. Percobaan kecepatan reaksi ini
dilakukan dalam ruang Laboratorium Kimia Fisika, Fakultas Teknik, Universitas
Sumatera Utara.
2. Batasan masalah pada percobaan
ini yaitu penentuan konsentrasi, konversi, konstanta kecepatan reaksi, dan laju
reaksi dari reaksi etil asetat (CH3COOC2H5) 0,5 M dengan kalium hidroksida (KOH) 0,6 N dengan variabel pengadukan dan
tanpa pengadukan.
3. Bahan baku yang digunakan pada
percobaan ini adalah kalium hidroksida (KOH), etil asetat (CH3COOC2H5)
dan asam klorida (HCl). Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah
reaktor gelas, stirrer dan peralatan
analisa titrasi.
4. Pengambilan sampel sebanyak 4 mL, 10 mL dan 12 mL dilakukan setiap 4 menit, 8 menit dan 12 menit dan selanjutnya dititrasi dengan
HCl 0,10 M sampai diperoleh volume pentiter (HCl) yang
konstan.
5.
Pengadukan dilakukan dengan 3 tahap, yaitu dengan 205 putaran/menit,
300 putaran/menit, dan tanpa pengadukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Laju
Reaksi
Kecepatan reaksi ialah kecepatan perubahan
konsentrasi pereaksi terhadap waktu. Menurut hukum kegiatan massa, kecepatan
reaksi pada temperatur tetap, berbanding lurus dengan konsentrasi
pengikut-pengikutnya dan masing-masing berpangkat sebanyak molekul dalam
persamaan reaksi. Molekularitas dan tingkat reaksi tidak selalu sama, sebab
tingkat reaksi tergantung dari mekanisme reaksinya. Disamping itu perlu
diketahui bahwa molekularitas selalu merupakan bilangan bulat, sedangkan
tingkat reaksi dapat pecahan bahkan nol (Sukardjo, 1997).
Untuk mengukur laju reaksi kimia, perlulah
menganalisis secara langsung maupun tak langsung banyaknya produk yang
terbentuk atau banyaknya pereaksi yang tersisa setelah penggal – penggal waktu
yang sesuai. Karena laju reaksi dipengaruhi oleh perubahan temperatur, perlulah
dijaga agar campuran reaksi itu temperaturnya konstan. Metode untuk menentukan
konsentrasi pereaksi ataupun produk bermacam – macam menurut jenis reaksi yang
diselidiki dan keadaan fisika dari komponen reaksi (Keenan, dkk., 1999).
2.2 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Laju
Reaksi
2.2.1 Sifat
Dasar Pereaksi
Zat – zat berbeda secara nyata dalam
lajunya mereka mengalami perubahan kimia. Natrium bereaksi sangat cepat dengan
air pada temperatur kamar, tetapi bereaksi lebih lambat dengan metil alkohol
dan etil alkohol. Masing – masing reaksi tersebut bersifat serta merta, artinya
perubahan energi bebasnya bernilai negatif. Selisih kereaktifannya dapat
diterangkan dengan perbedaan struktur yang berlainan dari atom dan molekul bahan
yang bereaksi. Jika suatu reaksi melibatkan dua spesi molekul dengan atom yang
sudah terikat oleh ikatan kovalen yang kuat, tabrakan antara molekul – molekul
ini tidak memiliki energi yang cukup untuk memutuskan ikatan molekulnya,
sehingga menjadi sulit bereaksi atau kurang reaktif (Keenan, dkk., 1999).
2.2.2 Temperatur
Laju
suatu reaksi kimia bertambah dengan naiknya temperatur. Kenaikan laju reaksi
ini dapat diterangkan sebagian sebagai lebih cepatnya molekul – molekul
bergerak kian – kemari pada temperatur yang lebih tinggi dan karenanya molekul
tersebut lebih sering bertabrakan satu sama lain. Pada temperatur yang
ditinggikan, persentase tabrakan yang mengakibatkan reaksi kimia akan lebih
besar, karena semakin banyak molekul yang memiliki kecepatan lebih besar dan
karenanya memiliki energi cukup untuk bereaksi (Keenan, dkk., 1999).
2.2.3 Hadirnya
Suatu Katalis
Katalis adalah suatu zat yang
meningkatkan kecepatan suatu reaksi kimia tanpa mengalami perubahan kimia yang
permanen pada zat itu sendiri. Proses ini disebut katalisis. Katalis dapat
mempengaruhi kecepatan reaksi dengan salah satu cara berikut:
1. Pembentukan Senyawa Antara (Katalisis
Homogen), yaitu penggunaan katalis yang dapat bereaksi baik dengan molekul yang
miskin energi maupun molekul yang kaya energi untuk membentuk suatu senyawa
antara yang kemudian bereaksi membentuk zat yang diinginkan.
2. Metode Adsorpsi (Katalisis Heterogen),
adalah suatu keadaan dimana gaya – gaya tarik antara molekul zat padat dan
molekul gas atau cairan yang teradsorpsi mengakibatkan molekul yang teradsorpsi
menjadi aktif secara kimiawi. Ini menyebabkan reaksi antara molekul A dan B
yang berlangsung pada permukaan zat padat lebih cepat daripada jika katalis itu
tidak ada (Keenan, dkk., 1999).
2.2.4 Konsentrasi
Laju suatu reaksi dapat dinyatakan
sebagai laju berkurangnya konsentrasi suatu pereaksi, atau sebagai laju
bertambahnya konsentrasi suatu produk. Oleh karena itu konsentrasi pereaksi
tentu saja dapat mempengaruhi kecepatan dalam reaksi (Keenan, dkk., 1999).
2.2.5 Pengadukan
Pengadukan
mempengaruhi laju reaksi dari suatu reaksi yang dapat dilihat pada grafik
dibawah ini. Semakin cepat kecepatan stirrer,
maka laju reaksi juga akan meningkat (Davis, dkk., 2003).
Gambar
2.1 Grafik Pengaruh Pengadukan dengan Laju Reaksi
(Davis,
dkk., 2003)
2.3 Kinetika
Reaksi Homogen
Kinetika kimia adalah bagian
dari kimia fisika yang mempelajari tentang kecepatan reaksi-reaksi kimia dan
mekanisme reaksi-reaksi tersebut.
Termodinamika kimia
mempelajari hubungan tenaga antara pereaksi dan hasil-hasil reaksi, tidak
mempelajari bagaimana reaksi-reaksi tersebut berlangsung dan dengan kecepatan
berapa kesetimbangan untuk reaksi kimia ini dicapai. Hal terakhir ini
dipelajari dalam kinetika kimia, sehingga kinetika kimia merupakan pelengkap
bagi termodinamika kimia.
Tidak semua reaksi kimia
dapat dipelajari secara kinetik. Reaksi-reaksi yang berjalan sangat cepat
seperti reaksi-reaksi ion atau pembakaran dan reaksi-reaksi yang berjalan
sangat lambat seperti pengkaratan, tidak dapat dipelajari secara kinetik.
Diantara kedua jenis ini, banyak reaksi-reaksi yang kecepatannya dapat diukur.
Kecepatan
reaksi ialah kecepatan perubahan konsentrasi pereaksi terhadap waktu, jadi – dC/dt.
Tanda minus menunjukkan bahwa konsentrasi berkurang bila waktu berubah. Menurut
hukum kegiatan massa, kecepatan reaksi pada temperatur tetap, berbanding lurus
dengan konsentrasi pengikut-pengikutnya dan masing-masing berpangkat sebanyak
molekul dalam persamaan reaksi (Sukardjo, 1997).
Untuk
reaksi :
n1A
+ n2B + n3C → hasil-hasil
(Sukardjo, 1997)
Laju
didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi per satuan waktu. Umumnya laju
reaksi meningkat dengan meningkatnya konsentrasi, dan dapat dinyatakan sebagai
:
Laju ≈ f (C1, C2, ……Ci)
atau Laju ≈ k f (C1, C2,…….Ci)
Dimana
k adalah konstanta laju, juga disebut konstanta laju spesifik atau konstanta
kecepatan, C1, C2,…. adalah konsentrasi dari
reaktan-reaktan dan produk-produk. sebagai contoh dalam hal reaksi umum (Dogra, dkk., 1990).
2.4 Orde
Suatu Reaksi Kimia
Orde suatu reaksi ialah jumlah semua
eksperimen (dari) konsentrasi dalam persamaan laju. Jika suatu reaksi kimia
berbanding lurus dengan pangkat satu konsentrasi dari hanya satu pereaksi, maka
reaksi itu dikatakan sebagai reaksi orde pertama. Reaksi orde pertama dapat
ditulis dalam persamaan dibawah ini.
Laju = k[A]
Jika laju reaksi itu berbanding lurus dengan pangkat
dua suatu pereaksi, maka reaksi itu disebut reaksi orde kedua.
Laju = k[A]2
Suatu reaksi disebut juga sebagai reaksi
orde kedua apabila laju reaksi berbanding lurus dengan dengan pangkat satu
konsentrasi dari dua pereaksi.
Laju = k[A][B]
Suatu reaksi dapat berorde ketiga atau
mungkin lebih tinggi lagi, tetapi hal – hal semacam itu sangat jarang terjadi.
Suatu reaksi dapat tak bergantung pada konsentrasi suatu pereaksi. Pada reaksi
A + B → C, jika konsentrasi B tidak menaikkan laju reaksi, maka reaksi itu
disebut orde nol terhadap B, sehingga reaksi tersebut menjadi reaksi orde
pertama yang dapat ditulis sebagai berikut :
Laju = k[A][B]0
= k[A]
(Keenan, dkk., 1999)
2.5
Reaktor Batch
Batch
Reactor adalah tempat terjadinya suatu reaksi
kimia tunggal, yaitu reaksi yang berlangsung dengan hanya satu persamaan laju
reaksi yang berpasangan dengan persamaan kesetimbangan dan stoikiometri.
1. Penggunaan Batch Reactor
Reaktor jenis
ini biasanya sangat cocok digunakan untuk produksi berkapasitas kecil misalnya
dalam proses pelarutan padatan, pencampuran produk, reaksi kimia, Batch
distillation, kristalisasi, ekstraksi cair-cair, polimerisasi, farmasi dan
fermentasi.
2.
Beberapa ketetapan
menggunakan reaktor tipe Batch :
●Selama reaksi berlangsung tidak
terjadi perubahan temperatur
●Pengadukan
dilakukan dengan sempurna, konsentrasi di semua titik dalam reaktor adalah sama
atau homogen pada waktu yang sama
●Reaktor
ideal
Reaktor batch di desain untuk beroperasi dalam proses unsteady – state, banyak reaktor batch menunjukkan perilaku nonlinier yang dimiliki oleh pasangan
reaksi kinetika dan temperatur reaktor, dimana lebar jarak temperatur berlebih,
dengan kata lain reaksi berjalan eksotermis memproduksi panas berlebih sehingga
harus dihilangkan dengan sistem pendinginan. Sirkulasi pompa untuk pendingan bertujuan
meminimalkan waktu tinggal agar tetap konstan.
Gambar 2.2 Reaktor Batch
(Coulson, 1983)
Misalkan : A + B P
Neraca
massa untuk komponen A adalah :
• Amasuk
= A keluar + A terakumulasi + A yang bereaksi
• FAi
= FAC + (dNA/dt) + (-rA)(V) (Coulson, 1983).
2.6
Aplikasi dalam Industri “Produksi Konsentrasi Asam Gamma Linolenat dari Minyak Kapang Mortierella isabellina dengan Reaksi
Alkoholisis Menggunakan Katalis Lipase dari Rhizomucor
Miehei ”
Asam gamma linoleat (AGL) adalah salah
satu dari asam tak jenuh ganda. Menurut
Horrobin (1992) , AGL juga merupakan asam lemak esensial yaitu asam lemak yang
diperlukan oleh tubuh manusia namun tidak dapat disintesis oleh tubuh sehingga
harus disuplai dari makanan. Asam lemak esensial mempunyai kegunaan antara lain
sebagai penyusun struktur membran sel, pengatur sintesis dan transpor kolesterol,
sintesis molekul regulasi seperti prostaglandin, dan pengontrol permeibilitas
membran sel seperti pada sel gastrointestinal, serta pengontrol impermeibilitas
air pada kulit.
Tujuan dari penelitian yang dilakukan
oleh Ardhian adalah mempelajari pengaruh konsentrasi enzim dan rasio mol
substrat terhadap kecepatan reaksi alkoholisis minyak kapang komersial Mortierella isabellina dengan katalis
lipase dari Rhizomucor mieihei.
Penggunaan kapang untuk produksi AGL
lebih mendapat perhatian. Hal ini disebabkan karena kapang memiliki keunggulan
dibanding khamir dan mikroorganisme lain, yaitu kapang dapat tumbuh dalam
kisaran yang rendah, dapat mendegradasi sumber karbon dan mampu tumbuh dengan
cepat.
Adapun metode penelitian yang digunakan
adalah pertama alkoholisis minyak kapang dan pemisahan fraksi hasil reaksi
alkoholisis dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT) preparatif (Ardhian,
1998).
|
Sebanyak
200 mg (0,02334 mmol) minyak kapang dicampurkan dengan 69,08 mg n-butanol
|
|
Mulai
|
|
Diaduk dengan pengaduk
magnetik dan z
|
|
Diisi
head space dengan gas nitrogen
|
|
Campuran
ditambahkan lipase dan 2 ml heksana kedalam vial 10 ml
|
|
Dialiri
air pada suhu yang dikehendaki (50 oC)
|
|
Dilakukan
pemisahan fraksi hasil reaksi alkoholisis
dengan kromatografi lapis tipis
|
|
Selesai
|
|
Ditentukan
konsentrasi enzim optimum dan rasio mol substrat optimum
|
Gambar 2.3
Flowchart Produksi
Konsentrasi Asam Gamma Linolenat dari Minyak Kapang Mortierella isabellina dengan Reaksi Alkoholisis Menggunakan
Katalis Lipase dari Rhizomucor Miehei
(Ardhian, 1998)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1
Bahan dan Alat
3.1.1 Bahan
1.
Asam Klorida (HCl)
Fungsi : sebagai pentiter
2.
Aquadest (H2O)
Fungsi : sebagai
pelarut
3.
Kalium
Hidroksida (KOH)
Fungsi : sebagai
reaktan
4.
Etil
Asetat (CH3COOC2H5)
Fungsi : sebagai reaktan
5.
Phenolpthalein (C20H16O4)
Fungsi : sebagai indikator dalam
titrasi
3.1.2 Alat
1.
Beaker glass
Fungsi : sebagai
wadah untuk menampung sampel
2.
Gelas
ukur
Fungsi : sebagai
wadah untuk mengukur volume suatu larutan
3.
Erlenmeyer
Fungsi : sbagai
wadah larutan yang hendak dititrasi
4.
Pipet
tetes
Fungsi : mengambil
zat dalam volume kecil
5.
Corong
gelas
Fungsi : sebagai
alat bantu untuk menuang larutan ke buret
6.
Stopwatch
Fungsi : menghitung
waktu terjadinya reaksi
7.
Buret
Fungsi : wadah
larutan pentitran
8.
Statif
dan Klem
Fungsi : sebagai
penyangga buret
9.
Stirrer
Fungsi : untuk
mengaduk larutan sampel
10. Neraca
Fungsi : menimbang
massa zat
BAB IV PEMBAHASAN
Konstanta
kecepatan reaksi menyatakan seberapa cepat suatu reaksi berjalan. Pengadukan mempengaruhi laju reaksi dari
suatu reaksi. Semakin cepat kecepatan stirrer,
maka laju reaksi juga akan meningkat. Oleh karena itu, semakin cepat kecepatan stirrer maka konstanta kecepatan reaksi
juga akan semakin besar (Davis, dkk., 2003).
(Levenspiel,
1999)
KLO MAU LENGKAPNYA DI DOWNLOAD AJA YA GAN... CARA DOWNLOAD
INI DIA LITERATUR PDFNYA GAN,,
selamat menikmati agan agan
file nya g bisa di download
ReplyDelete